Sabtu, 02 April 2011


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
      Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk juga dalam bidang pendidikan. Anak-anak, terutama siswa sekolah dasar, masih dalam tahap dasar untuk berpikir sehingga cenderung belum mampu merekam secara lengkap semua pesan yang disampaikan tersebut lebih dari satu, maka siswa tersebut cenderung mengalami hambatan dalam proses penerimaan pesan. Namun, pada kenyataannya tidak semua anak dapat melakukan komunikasi dengan baik, salah satu anak yang memiliki gangguan komunikasi adalah anak penyandang autisme. Ada tiga kelompok anak penyandang autisme yaitu kelompok anak autisme yang menyendiri, kelompok anak autisme yang pasif dan kelompok anak autisme yang aktif. Anak-anak dari kelompok anak autisme yang menyendiri biasanya jarang menggunakan kata-kata dan hanya bisa mengucapkan beberapa patah kata yang sederhana. Kelompok kedua adalah kelompok anak autisme yang pasif, yang mempunyai ciri-ciri seperti memiliki pembendaharaan kata yang lebih banyak meskipun masih mengalami keterlambatan untuk bisa berbicara dibandingkan anak lain yang sebaya. Kelompok ketiga yaitu kelompok anak autisme yang aktif. Anak-anak dari kelompok ini bertolak belakang dengan anak-anak dari kelompok autisme yang menyendiri karena bisa lebih cepat berbicara dan memiliki pembendaharaan kata paling banyak. Meskipun anak-anak ini sudah bisa merangkai kata dengan baik, namun terkadang masih terselip kata-kata yang tidak bisa dimengerti (Yatim, 2007).
     
      Bagi anak penyandang autisme, komunikasi menjadi sesuatu yang sangat sulit. Anak penyandang autisme mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena mereka mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Sedangkan bahasa merupakan media utama dalam komunikasi. Jadi apabila perkembangan bahasa mengalami hambatan, maka kemampuan komunikasi juga akan terhambat. Kemungkinan munculnya hambatan bisa disebabkan karena anak yang menjadi komunikan merupakan anak dengan kebutuhan khusus, yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya seperti kemampuan berbicara, (Handojo, 2003).
      
       Salah satu jenis dari kebutuhan khusus adalah autisme. Autisme merupakan suatu gangguan terhadap perilaku dan kemajuan perkembangan. Anak yang menderita autisme akan mengalami penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar (Yatim, 2007). Penyandang autisme biasanya mengalami gangguan dalam bidang kognitif, afektif, dan sosial. Hal ini terlihat pada keterbatasan penyandang autisme dalam beraktivitas, sering mengulang-ulang gerakan yang sama dan mengalami gangguan komunikasi dalam berhubungan dengan orang lain, meskipun secara fisik terlihat sehat (Soekanto, 2004). Anak yang menderita autisme mengalami lima gangguan yaitu dalam bidang interaksi sosial, komunikasi (verbal dan non verbal), perilaku, emosi, dan gangguan sensoris serta mengalami perkembangan yang terlambat. Gejala ini mulai tampak sejak masih kecil dan biasanya sebelum anak berusia tiga tahun. Anak-anak yang menderita autisme mungkin bisa menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap ransangan-rangsangan dari kelima panca inderanya, meliputi indera penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera perasa dan indera peraba (Saharso, 2005).
      
B.Tujuan Penelitian
     Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan komunikasi siswa penyandang autisme di tingkat sekolah dasar SLB/C Darma Rena Ring Putra 2, Yogyakarta.

C.Manfaat Penelitian
     Manfaat akademisnya adalah sebagai wacana baru di bidang komunikasi, khususnya tentang proses komunikasi pada siswa penyandang autisme, serta memberikan manfaat kepada para guru,baik yang ada di SLB/C Darma Rena Ring Putra 2, Yogyakarta, maupun sekolah-sekolah khusus lainnya, sebagai bahan informasi dan evaluasi mengenai proses komunikasi anak autis selama di sekolah.